Minggu, 14 Desember 2014

Demokrasi Terpimpin itu bukan Diktator!



DEMOKRASI TERPIMPIN
Antara tahun 1945-1949 ,Bung Karno adalah Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara RI dibawah UUD 1945.Namun ,karena Indonesia diubah menjadi bentuk Negara Serikat ,Bung Karno menjadi Presiden Konstitusional RIS dan dibawahi UUD 1949.
Pada tahun1950 negara-negara bagian RIS bersatu dan melebur menjadi RI Kesatuan ,Bung Karno tetap menjabat menjadi Presiden namun tidak terlibat dalam pemerintahan karena pada waktu itu menganut sistem Parlementer dengan Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan,serta berlandaskan UUDS 1950.Dengan demikian selama berlakunya UUDS 1950 pemerintahan Indonesia dapat didukung atau dijatuhkan oleh Parlemen.
Permasalahannya terletak pada zaman itu ,yakni hilangnya nilai – niai Pancasila,dan banyaknya partai politik yang saling sikut berebut kekuasaan.Hal itu sangat jauh berbeda dengan cita-cita bangsa.
Akhirnya,Bung Karno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959.Ada 3 poin ketetapan yang ditegaskan dalam dekrit 5 Juli 1959[1] .
1.Pembubaran Konstituante
2.Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
3.Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatya.
Dari poin tersebut,Bung Karno mengubah sistem Parlementer liberal menjadi Sistem Demokrasi Terpimpin
Bagi Bung Karno,demokrasi terpimpin adalah sebuah jalan melanjutkan cita-cita revolusi 1945,yang anti terhadap penjajahan (kolonialisme)dan penjajahan dalam bentuk baru(neo-kolonialisme)sesuai dengan pembukaan UUD 1945[2]
Perkataan Bung Karno itu dituangkan dalam pidato beliau yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita “pada tanggal 17 Agustus 1959,berikut petikannya[3]
”...Tinggalkan samasekali alam liberalisme,tinggalkan samasekali segala konstruksi dari alam liberalisme,tinggalkan samasekali Undan Undang Dasar 1950,masuklah samasekali dalam alam Revolusi lagi,pakailah Undang Undang Dasar 1945 itu samasekali sebagai alat perjuangan,kibarkanlah samasekali Demokrasi terpimpin….”
 

         Menurut beliau,Demokrasi Terpimpin adalah milik rakyat Indonesia dan karakteristik bangsa sejak dari dulu.Pengertian demokrasi terpimpin dijelaskan dalam pidato Bung Karno yang berjudul Res Publica!Sekali lagi !Res Publica!
Menurut Bung Karno,Demokrasi terpimpin ialah demokrasi atau menurut istilah Undang Undang Dasar 1945 adalah”kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.Demokrasi terpimpin bukanlah diktator dan bukan sentralisme,inti dari demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan bukan perdebatan dan penyiasatan.Jadi,hasil permusyawaratan itu yang kemudian diserahkan kepada Presiden yang dipilih guna dilaksanakan.Dalam melaksanakan hasil permusyawaratannya itu ,Presiden menunjuk tenaga – tenaga yang baik dan cakap sebagai pembantunya.

            Tujuan dari Demokrasi Terpimpin ialah mencapai suatu masyarakat yang     adil makmur ,yang penuh dengan kebahagiaan materiil dan spiritual,sesuai        dengan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945[1].
Dalam perjalannya ,Demokrasi terpimpin bukan menitikberatkan pada satu orang sama dengan satu suara,tetapi menitikberatkan kepada:
a.Tiap-tiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan umum ,berbakti kepada masyarakat,berbakti kepada bangsa dan berbakti kepada negara.
b.Tiap-tiap orang berhak mendapat penghidupan layak dalam
masyarakat bangsa,dan negara itu.[2]












[1]
                        [1] Tungul Alam,Wawan.2001.Bung Karno:Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat Indonesia.Gramedia.hlm 91

[2]
                        [2]  Tungul Alam,Wawan.2001.Bung Karno:Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat Indonesia.Gramedia.hlm 177




[1]
                        [1] Sidqi,Ahmad.2013.Bung Karno;Pikiran dan Aksi.Ladang Kata.hlm 77

[2]
                        [2] Sidqi,Ahmad.2013.Bung Karno;Pikiran dan Aksi.Ladang Kata.hlm 78

[3]
                        [3] Tungul Alam,Wawan.2001.Bung Karno:Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat Indonesia.Gramedia.hlm 175

Apa itu NASAKOM?



NASIONALISME,ISLAMISME,DAN MARXISME
Bung Karno sangat prihatin terhadap bangsanya.Bangsa Indonesia selalu tertindas dan diinjak –injak harga dirinya oleh Imperialisme Belanda dan para sekutu.
Belanda dan sekutu saat itu berpaham Kapitalisme dan Liberalisme.Filsafat Kapitalisme dimuat dalam buku yang di tulis oleh Adam Smith;”An Inquiry Into the Natural and Causes of the Wealth of Nations” (1776),ia menentang kontrol yang ketat dan berlebihan terhadap para pengusaha dan pemodal ekonomi.Berilah kebebasan kepada tiap individu untuk mengejar keuntungan pribadi[1].
Melalui buku itu,mereka beranggapan bahwa modal ekonomilah yang menggerakan sistem di negara seperti halnya yang dilakukan oleh VOC.Bung Karno berpikir bahwa Marxisme adalah alat yang dapat digunakan untuk menentang imperialisme.

Marxisme adalah sebuah alat saja dan bukan pedoman Bung Karno, maka dalam hal ini Marxisme haruslah sejalan dengan nilai Nasionalisme dan harus dituntun nilai Agama.

Persatuan antara Nasionalisme,Islamisme,dan Marxisme yang ditulis Bung Karno pada tahun 1926 pada dasarnya adalah ikhtiar untuk menuju “Kebebasan,Persamaan ,dan Toleransi”[1].

Berikut kita telaah satu persatu dari pemikiran Bung Karno tersebut.Nasionalisme merupakan teori politik yang berasaskan atas kebangsaan .Paham Nasionalisme ini adalah hasil dari Revolusi Prancis[2].
Nasionalisme adalah sebuah rasa yang timbul dari jiwauntuk selalu merasa cinta terhadap bangsa dan negara,nasionalisme timbul karena rasa memiliki.
Agama atau Islamisme.Bung Karno adalah seorang muslim,dalam hala ini beliau mengambil agama Islam karena Islam di Indonesia pada zaman imperialisme selalu ditindas dan terjajah dan beranggapan bahwa suatu saat Islam akan melakukan gerakan Revolusi untuk melawan penjajah yakni Kapitalisme.Menurut Bung Karno ,adalah agama yang mewah dan sudah bebas karena pengaruh ajarannya di bawa oleh Belanda dan para sekutu ,sehingga tidak mungkin mereka akan melawan sekutu dan Belanda dengan gerakan Revolusi.[3]
Marxisme atau Komunisme adalah paham ideologi yang dicetuskan oleh Karl Marx .Dalam ajarannya tercetus prinsip sama rata-sama rasa untuk mencapai keadilan.Marxisme memihak kaum proletar atau kaum pekerja,sehingga menurut Bung Karno Marxisme cocok sebagai alat perlawanan terhadap imperialsime.Jadi,dapat disimpulkan Bung Karno menggunakan Marxis hanya sebagai tuntutan zaman melawan penjajah.
Dalam perkembangannya ,Marxisme di Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan bangsa,dan berubah nama menjadi Marhaenisme.


[1]
                        [1]  Hutapea,Reinhard.2002.Sukarno;Nasionalisme dan Globalisasi.PNKWB UNTAG.hlm 8

[2]
                        [2] Sidqi,Ahmad.2013.Bung Karno;Pikiran dan Aksi.Ladang Kata.hlm 21

[3]
                        [3]Hutapea,Reinhard.2002.Sukarno;Nasionalisme dan Globalisasi.PNKWB UNTAG.hlm 9

 

 



[1]
                        [1] Hutapea,Reinhard.2002.Sukarno;Nasionalisme dan Globalisasi.PNKWB UNTAG.hlm XVI